Peka, Aplikasi Pelayanan Kependudukan Berbasis Mobile

Sebuah perjalanan membuat produk aplikasi pelayanan kependudukan secara online berbasis Mobile.

Arfian Cahya
8 min readOct 16, 2021

Disclaimer: ini adalah proyek pribadi yang merupakan hasil dari kursus Skilvul (UI/UX Design Class 2021) yang diselenggarakan oleh Digital Telent Scholarship.

Introduction

Perkanalkan nama saya Arfian Cahya Dwi Setya UI / UX enthusiast yang baru saja merintis dari bidang frontend menjadi UI / UX Designer. Sekarang Saya sedang menjadi freelancer di ShareIn.

Singkat cerita, saya diterima sebagai salah satu peserta DTS UI/UX Design. Saya sangat senang dan antusias karena ingin mencari banyak ilmu dan belajar dari mentor-mentor kami yang sudah berpengalaman.

Tema yang saya ambil untuk menyelesaikan challenge pada kelas ini yaitu mengenai pelayanan kependudukan. Tujuannya untuk meningkatkan pelayanan kependudukan agar lebih efektif dan efisien.

Dalam membuat suatu produk, diperlukan suatu kerangka kerja untuk menghasilkan produk yang sesuai. Kali ini saya akan menggunakan framework design thinking. Terdiri dari empathy, define, ideation, prototype, and test.

Empathise

Pada tahap ini, kita akan melakukan 3 hal utama; Perencanaan Penelitian; Membuat Pedoman Penelitian; dan Melakukan Penelitian. Proses awal ini adalah tahap dimana kita mengetahui secara pasti apa permasalahan dari tema kita, permasalahan seorang penduduk saat melakukan pengajuan permohonan pembuatan dokumen.

Kegunaan empati:

  1. Kami akan membuat produk berdasarkan kebutuhan pengguna kami. Jangan sampai produk kita hanya menjadi produk yang baik tetapi hanya menjadi sampah karena tidak digunakan oleh pengguna.
  2. Pahami user goals, motivations, pain points, and blockers.
  3. Kita bisa memprioritaskan mereka.

Terdapat beberapa cara untuk mengetahui masalahnya. Dapat dilakukan menggunakan IDI (in-depth-interview), FGD, atau survei. Pada saat ini saya menggunakan metode IDI, dikarenakan saya ingin lebih mengetahui apa yang menjadi permasalahan utama yang dirasakan saat melakukan pengajuan pembuatan dokumen dan ingin mengetahui secara mendalam mengenai pelayanan kependudukan dalam melayani penduduk. Sebelum melakukan IDI, saya harus menyusun atau menyiapkan beberapa pertanyaan untuk mengeksplorasi masalah sebenarnya yang dihadapi pada penduduk ini.

Defining the Objective

Tujuan saya disini adalah mencar tahu dan mengeksplorasi motivasi/pain point/hambatan. Saya mencoba mengetahui masalah tertentu dan mencari tahu akar permasalahannya dan inilah tujuan penelitian saya yaitu

“Memahami pemikiran dan perasaan penduduk saat melakukan permohonan pembuatan dokumen”

Scoping

Batasan ruang lingkup diperlukan untuk membantu saya memahami populasi sasaran saya terhadap produk yang ingin dibuat. Berikut beberapa batasan ruang lingkup yang sayang buat:

  1. Who/What: Penduduk yang pernah melakukan pembuatan dokumen
  2. Where: Indonesia
  3. When: Anytime
  4. Age: 17 keatas

Defining Research Question

Pertanyaan penelitian adalah pertanyaan utama yang harus dijawab. Pertanyaan penelitian utama saya yaitu:

  1. Apa masalah yang dirasakan saat melakukan pembuatan dokumen di pelayanan kependudukan?
  2. Apa hal terpenting yang dipersiapkan saat ingin melakukan pembuatan dokumen?
  3. Hal yang disukai atau tidak disukai saat melakukan pembuatan dokumen?
  4. Bagaimana cara mendapatkan informasi berkas persyaratan yang dibutuhkan untuk pembuatan dokumen?
  5. Apa tantangan terbesar saat ingin melakukan pembuatan dokumen?

Listing the Hypothesis

Hipotesis dibutuhkan dikarenakan jika hanya asumsi saja akan sangat berbahaya. Jika tidak divalidasi, maka dari itu saya mengubahnya menjadi hipotesis Berikut adalah hipotesis saya:

  1. Penduduk merasakan lamanya dalam pembuatan dokumen.
  2. Hal yang dipersiapkan dokumen persyaratan yang diminta.
  3. Penduduk sangat kesusahan untuk mengetahui kejelasan tanggal selesainya pembuatan dokumennya.
  4. Penduduk hanya melihat informasi dokumen persyaratan dari internet.
  5. Tantangan terbesar tidak jelasnya alur yang disajikan dalam pembuatan dokumen.

Define

Pain Point

Dari hasil IDI yang dilakukan dengan 1–2 sampel, dapat diketahui beberapa pain point yang mereka sampaikan dan sekaligus sebagai bahan validasi dari hipotesis yang sudah Saya sampaikan sebelumnya. Berikut adalah pain point yang dirasakan oleh beberapa sampel:

How Might We

Setelah mengetahui pain point yang dirasakan oleh beberapa sample, Saya melakukan brainstorming mengenai produk apa yang harus Saya buat. Saya memiliki tiga pilihan mengenai beberapa topik yang dapat dibuat jika mengacu pada pain point yang sudah didapat, yaitu sebagai berikut:

Pada tahap ini saya melakukan voting dengan beberapa orang melalui instagram story agar produk yang dibuat sesuai dengan yang diingikan oleh beberapa orang. Hasil dari voting yang telah dilakukan banyak yang memvoting dengan pilihan pertama.

Ideation

Pada tahap ini saya melakukan beberapa tahapan yaitu:

  1. Solution Idea
  2. Affinity Diagram
  3. Prioritization Idea
  4. User Flow
  5. User Job & User Journey
  6. Wireframing
  7. UX Writing

Solution Idea

Tahap ini yaitu melakukan brainstorming ide mengenai fitur apa saja yang akan ada pada produk yang akan dibuat. Pada tahap ini selain saya memberikan solusi ide, saya juga meminta beberapa teman-teman untuk memberikan ide fitur apa saja yang akan ada melalui instagram story agar dapat melakukan brainstorming ide dengan orang lain. Berikut adalah hasil dari solution idea yang sudah dikerjakan:

Affinity Diagram

Ketika sudah memiliki banyak solusi idea dari tahap sebelumnya, Kemudian, penemuan-penemuan tersebut diklasifikasikan menurut kesamaannya.

Prioritization Idea

Setelah mengelompokkan beberapa fitur, selanjutnya adalah melakukan prioritas idea mana yang akan dikerjakan lebih dahulu atau yang biasa di sebut MVP (Minimum Viable Product). Minimum Viable Product atau yang sering disingkat MVP adalah versi dari produk baru dengan fitur yang sangat sederhana tetapi mampu memberikan hasil maksimum tentang pengetahuan konsumen secara mudah. Tujuan dari MVP adalah membuktikan kebenaran hipotesis dasar bisnis, membantu seorang entrepreneur memulai proses pembelajaran secepat mungkin karena adanya desakan kecepatan informasi dalam dunia teknologi sekarang ini. Berikut adalah MVP yang akan digunakan pada pembuatan produk kali ini.

User Flow

User flow pada produk ini terdapat dua yang sangat ditonjolkan yaitu:

  1. User flow untuk pengajuan dokumen

2. User flow untuk upload files

User Job & User Journey

Jadi disini Saya membuat perjalanan untuk pengguna sehingga mereka dapat menemukan sesuatu yang mereka cari. Kami ditugaskan untuk membantu mereka mencapai harapan mereka.

Hal pertama yang harus dilakukan adalah membuat pekerjaan pengguna (jobs to be done), kemudian baru membuat perjalanan pengguna. Berikut adalah daftar pekerjaan pengguna utama beserta contoh user journey.

Wireframing

Wireframe adalah pengembangan termudah dan termurah. Ini akan membantu sebelum bekerja lebih dalam ke desain hi-fi

UX Writing

Tahap ini merupakan tahap yang tersulit dan tahap yang saya sukai. Disini saya membuat brand voice untuk aplikasi yang saya buat. Saya diberitahu untuk berpikir tentang kepribadian aplikasi. Saya harus berpikir jika aplikasi menjadi manusia, lalu kepribadian apa yang akan mereka miliki? Jadikan kepribadian sejati serta kepribadian yang salah untuk sebuah aplikasi.

Ini adalah suara merek dari Peka. Catatan tempel merah muda adalah kepribadian yang sebenarnya sedangkan catatan tempel kuning adalah kepribadian yang salah. Kepribadian sejati dilengkapi dengan kepribadian yang salah sehingga kami memahami bagaimana kami mengatakan tentang merek kami kepada pengguna kami dan bagaimana kami tidak mengatakannya kepada pengguna kami.

Informatif tapi tidak menyusahkan

Saya ingin Peka memberikan informasi pilihan permohonan pengajuan yang dapat dipilih pada menu aplikasi yang dibuat, selain itu Saya juga ingin Peka memberikan informasi yang dapat dipahami oleh user atau pengguna secara jelas.

Efisien tapi tidak menyusahkan

Saya ingin Peka mempunyai fitur upload files yang efisien tapi tidak menyusahkan pengguna, karena dalam aplikasi Peka hanya perlu melakukan satu kali upload file dan dapat digunakan berkali kali dalam permohonan pengajuan dokumen.

Pintar tapi tidak semua tahu

Saya ingin Peka pintar dapat memberitahu sudah sampai mana permohonan pengajuan dokumen sudah ditindak lanjuti oleh pelayanan kependudukan.

Ramah tapi tidak norak

Keramahan tersebut terinspirasi dari keramahan masyarakat lokal yang memiliki karakteristik yang sangat berbeda dengan masyarakat perkotaan. Masyarakat lokal, terutama masyarakat pedesaan, cenderung lebih sopan dan membantu (tidak semua, hanya sebagian besar dari mereka).

Prototype

Pada tahap ini saya melakukan beberapa tahapan yaitu:

  1. User Interface
  2. Prototype & Interaction

User Interface

Saya akan mulai dengan nama dari aplikasi ini yaitu PEKA yang dimana merupakan singkatan dari Pelayanan Kependudukan. Saya ingin dengan adanya aplikasi ini petugas pelayanan menjadi makin Peka dan cepat bergerak untuk melayani dan memproses pengajuan permohonan pembuatan dokumen para penduduk.

Saya menggunakan icon folder dikarenakan icon folder sangat identik dengan dokumen yang dimana folder dapat menampung berbagai macam dokumen dengan begitu semoga Peka dapat berguna bagi banyak orang dan dapat menampung berbagai macam dokumen yang diajukan.

Jadi, ini adalah tampilan dari user interface design yang saya buat:

Prototype & Interaction

Saya membuat prototipe dengan Figma dan sedikit interaksi dengan Prinsip. Prototyping pada Figma sangat mudah dan bagus. Prinsip juga sangat baik untuk membuat gif gerakan sederhana pada bagian transaksi yang berhasil. Hasilnya dapat dilihat oleh siapa saja yang memiliki tautan berbagi prototipe.

Klik tautan di bawah untuk melihat prototipe dan interaksinya.

bit.ly/PekaPrototype

Test

Usability Testing (UT)

UT berguna untuk menguji apakah aplikasi kita sudah dalam bentuk prototype yang dimengerti oleh user. Ini membantu untuk memvalidasi hasil ideation kami, apakah itu baik-baik saja atau tidak.

Anda dapat melakukan Direct UT dengan mengarahkan orang dan melihat bagaimana pengalaman mereka saat menggunakan aplikasi. Atau bisa juga menggunakan Remote UT dengan tool bernama Maze. Ini juga cukup efektif untuk mengumpulkan wawasan dari orang-orang.

Saya melakukan Direct UT kepada orang-orang dan teman-teman komunitas. Kelebihan dari UT langsung adalah kita bisa melihat bagaimana ekspresi wajah dan gerak-gerik mereka saat menggunakan aplikasi di prototype ini secara langsung. Untuk memperkuat pengujian aplikasi ini, saya juga melakukan Remote UT via Maze. Alat-alat ini sangat membantu untuk memberikan umpan balik perjalanan MVP dan beberapa tanggapan mengenai desain.

Sejauh ini, menurut pengguna, aplikasi ini cukup bagus, tetapi satu hal yang menjadi masalah pada bagian saat “pertama kali pengguna menggunakan aplikasi”:

Closing

Jadi itu semua mengenai proses dari awal hingga akhir pembuatan designer produk. Proyek ini selesai dalam kurun waktu 1 bulan, dari bulan September hingga Oktober 2021. Begitu banyak ilmu dan pembelajaran yang saya dapatkan. Semuanya sangat berharga dan saya juga mendapatkan mentor dan teman baru.

Terimakasih telah berkunjung dan membaca case study saya! Semoga proses yang saya laukan dapat menjadi referensi temen-temen yang membaca. Anda juga dapat meninggalkan umpan balik dan komentar agar kami dapat berdiskusi dan berkembang lebih baik. Terima kasih!

Link Social Media: bit.ly/cahyaarfian

--

--