Menerapkan Actionable Metrics dalam Pengukuran Kualitas UI dan UX Design Part 1

Hal yang harus kalian pahami tentang pengukuran kualitas ui dan ux menggunakan metode actionable metrics sebelum tahun 2025

Arfian Cahya
6 min readDec 22, 2024
Menerapkan Actionable Metrics dalam Pengukuran Kualitas UI dan UX Design Part 1

Mungkin dari kita sudah banyak mengenal apa itu UI/UX designer, namun banyak dari mereka yang melupakan tahapan yang paling penting dalam membuat sebuah desain ui/ux yaitu pengukuran kualitas setelah mereka mengerjakan design tersebut. Padahal tahapan tersebut adalah hal yang paling krusial.

Pengukuran kualitas adalah skill yang sekarang harus dimiliki oleh setiap ui/ux designer maupun product designer. Dengan pengetahuan tersebut kita dapat membantu bisnis berkembang dan berjalan dengan baik, selain itu kita dapat mengetahui kemudahan maupun keresahan pengguna dalam menggunakan produk kita.

Lalu bagaimana si caranya aku mengukur kualitas dari hasil desain UI/UX ku? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, Aku mencoba menerapkan actionable metrics dalam pengukuran kualitas.

Actionable metrics adalah data yang tidak hanya mengukur performa tetapi juga memberikan panduan konkret tentang langkah-langkah yang harus diambil untuk memperbaiki atau mengoptimalkan desain. Berbeda dengan vanity metrics yang hanya menunjukkan angka-angka besar tanpa memberikan pandangan yang mendalam, actionable metrics berfokus pada informasi yang relevan dan dapat digunakan untuk pengambilan keputusan yang lebih baik.

Berikut 12 metric yang sering aku gunakan dalam mengukur kualitas UI dan UX design bagi bisnis:

  1. Learnability, Efficiency, & Memorability (LEM) QnA
  2. Task Success Rate Autentikasi
  3. Net Promotor Score (NPS)
  4. Masalah Teknis
  5. Average Scroll Depth
  6. Registration Rate
  7. Daily Activity User/Monthly Activity User (DAU/MAU)
  8. Churn Rate Autentikasi
  9. Retention Rate Autentikasi
  10. User Acquisition Rate (coba gratis)
  11. User Activation Rate
  12. Churn rate (tingkat kehilangan pengguna berbayar)

Learnability, Efficiency, & Memorability (LEM) QnA

Menurut Jacob Nielsen, usability adalah atribut kualitas yang menjelaskan atau mengukur seberapa mudah penggunaan suatu antar muka (interface). Kata “usability” juga merujuk pada suatu metode untuk meningkatkan kemudahan pemakaian selama proses desain. Usability diukur dengan 5 kriteria, yaitu: learnability, efficiency, memorability, errors, dan satisfaction. Namun biasanya aku hanya menggunakan 3 kriteria saja yaitu learnability, efficiency, dan memorability.

bagi temen-temen yang ingin melihat penjelasannya dapat membaca di artikel https://fiancahya51.medium.com/cara-mengukur-kualitas-ui-dan-ux-design-bagi-bisnis-e488a3f427bc

Aku dan tim sekarang sudah memasukan pengukuran LEM ke feedback untuk pengguna menilai platform kita. Dengan metode ini diharapkan hasilnya tidak bias dikarenaka yang mengisi feedback platform ini adalah pengguna yang sudah pasti menggunakan platform/produk kita.

Berikut adalah contoh tampilan dari pengukuran Learnability, Efficiency, & Memorability (LEM) QnA:

Tampilan Pertanyaan Learnability, Efficiency, & Memorability (LEM) QnA

Untuk pertanyaan yang berwarna hijau adalah pertanyaan Learnability, untuk yang berwarna biru adalah Efficiency dan yang berwarna merah adalah Memorability.

Tampilan hasil dari Pertanyaan Learnability, Efficiency, & Memorability (LEM) QnA

Cara menghitung Learnability, Efficiency, & Memorability

  1. Tiap pertanyaan dicari rata-ratanya terlebih dahulu
Contoh rumus mencari rata-rata tiap pertanyaan

2. Untuk mencari nilai akhirnya tiap kelompok pertanyaan baik Learnability, Efficiency, dan Memorability mencari rata-ratanya lalu dibagi 5 dan dikalikan 100%

Contoh rumus mencari nilai akhir

Task Success Rate Autentikasi

Seperti namanya, pengukuran ini biasa digunakan untuk menilai persentase tugas dan pekerjaan yang telah terselesaikan oleh pengguna secara benar.

Tugas yang dilakukan oleh pengguna bervariasi mulai dari mendaftar ke buletin, mengisi formulir, atau membeli produk. Hal ini dapat diukur selama titik ujungnya dapat dilihat atau memiliki tujuan akhir yang jelas. Biasanya hal ini berdasarkan dari tujuan bisnis yang ingin anda capai.

Pada pengukuran ini Aku dan tim menfokuskan untuk melihat seberapa banyak pengguna yang berhasil melakukan login maupun register, alasanya karena kunci utama dari platform yang dibuat pengguna harus mempunyai akun.

Dengan adanya pengukuran ini diharapkan dapat membantu mengetahui anonali yang terjadi saat pengguna melakukan authentikasi, apakah sudah mudah atau malah pengguna merasa kesulitan yang menyebabkan penurunan angka pengguna yang melakukan pendaftaran akun dan penurunan pembelian produk melalui platform.

Pada pengukuran Task Success Rate Aku dan tim menggunakan fitur dari Microsoft Clarity yaitu funneling, dengan menggunakan fitur ini kita akan mendapatkan data realtime berapa persentase pengguna berhasil melakukan login maupun register, selain itu kita juga dapat melihat rekaman aktifitas pengguna kenapa mereka tidak berhasil.

Contoh data funnel persentase pengguna melakukan authentikasi

Net Promotor Score (NPS)

Net promoter score (NPS) adalah skor yang hasilnya mencerminkan loyalitas konsumen. Skala angka NPS adalah dari -100 hingga 100. Untuk mendapatkan angka NPS, yang harus kamu lakukan adalah menanyakan pertanyaan pada pelanggan.

Pertanyaan yang diajukan adalah “dari skala 0 hingga 10, seberapa besar kemungkinan Anda akan merekomendasi produk atau perusahaan ini pada teman?”.

Nah, data dari pertanyaan ini kemudian diolah dan hasilnya bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki atau meningkatkan layanan agar NPS-nya lain kali akan lebih bagus.

Menurut Retently, ada banyak faktor di balik nilai NPS, sehingga meskipun nilainya kecil, ini tak selalu berarti buruk. Tergantung industri sebuah bisnis atau perusahaan, nilai rata-ratanya bisa berbeda-beda.

Pengukuran Net promoter score yang biasa ku lakukan adalah dengan cara menggunakan feedback platform pada website. Pertanyaan untuk NPS yang biasa digunakan yaitu “Seberapa besar kemungkinan kamu akan merekomendasikan produk/layanan ke teman atau kerabat?” dengan menggunakan skala 0–10

Nah, berdasarkan angka yang diberikan sebagai jawaban, kategorikanlah para pelanggan ke dalam salah satu dari tiga kategori ini:

  • Promoter: Pelanggan yang menjawab dengan nilai 9–10.
  • Passive: Pelanggan yang menjawab dengan nilai 7–8.
  • Detractor: Pelanggan yang menjawab dengan nilai 0–6.

Promoter adalah orang-orang yang akan mempromosikan bisnis atau produk pada orang lain, sementara passive tidak memberikan respon positif maupun negatif. Detractor adalah golongan pelanggan yang memberikan penilaian negatif untuk bisnismu.

Pertanyaan dari Net Promotor Score (NPS)
Hasilk dari Net Promotor Score (NPS)

Rumus NPS adalah:

NPS = %Promoter — %Detractor

Nah, misalnya kamu melakukan survei kepada 100 orang dan hasilnya adalah 70 orang tergolong promoter, 20 orang tergolong passive, dan 10 orang tergolong detractor.

Berarti, ada 70% promoter, 20% passive, dan 10% detractor.

Maka, kurangi persentase promoter dengan detractor.

Angka yang didapatkan adalah 70%-10%, yaitu 60%.

Karena NPS adalah nilai dalam bentuk integer dan bukan persentase, dapat disimpulkan NPS bisnismu 60.

Masalah Teknis

Pengukuran masalah teknis adalah pengukuran yang ditujukan untuk mengetahu kesulitan pengguna dalam menggunakan platform atau produk kita. Pengukuran ini hanya menghasilkan berapa banyak pengguna yang mengalami kesulitan di fitur tertentu, jadi nantinya kita tahu mana yang harus kita prioritaskan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut.

Aku dan tim memasukan pengukuran masalah teknis ke feedback untuk pengguna menilai platform kita, dengan multiple checkbox yang dapat dipilih oleh pengguna.

Tampilan pertanyaan dari Pengukuran Masalah Teknis
Hasil dari Pengukuran Masalah Teknis

Kesimpulan

Begitulah Cara Aku Mengukur Kualitas UI dan UX Design Bagi Bisnis! Aku berharap dengan adanya tulisanku ini temen-temen bisa memulai untuk mengukur kualitas desain UI dan UXnya dengan menggunakan metriks yang sudah ku sebutkan diatas, semoga bisa jadi lebih bermanfaat ketimbang berdebat soal taste desain, karena ujungnya, apalah gunanya sebuah produk apabila penggunanya tidak bisa melakukan hal yang akan membawa value baginya.

See you di part 2 yang inshaallah akan segera Aku buat.

Link Website: My Personal Website

Beli Source Code: Karyakarsa

Download Assets: Download Assets

Download Assets Gumroad Arfian: Download Assets

Download Assets Website Arfian: Download Assets

Download Template CV Figma: CV ATS Versi Lama

Buy Me a Coffee: https://sociabuzz.com/cahyafian/tribe

#uidesign #uiuxdesign #uidesigner #uxdesigner

--

--

No responses yet