Cara Mengukur Kualitas UI dan UX Design Bagi Bisnis!

Cara aku mengukur kualitas desain yang sudah diimplementasikan menjadi sebuah website yang real

Arfian Cahya
7 min readDec 2, 2023
Cara Mengukur Kualitas UI dan UX Design Bagi Bisnis!

Hallo semuanya, kali ini Aku bakal membagi sebuah pengalaman bagaimana caranya aku mengukur sebuah kualitas dari desain UI dan UX bagi bisnis.

Banyak dari para designer UI/UX yang baru memulai melupakan tahapan yang paling penting dalam membuat sebuah desain ui/ux yaitu pengukuran kualitas setelah mereka mengerjakan design tersebut. Mengapa banyak yang melupakan atau bahkan tidak tahu, karena masih belum banyak yang mengajarkan bagaimana caranya kita mengukur kualitas UI/UX kita yang telah selesai didesain dan diimplementasikan di kode.

Padahal pengukuran kualitas desain UI dan UX ini sangat lah penting, dikarenakan agar bisnis dapat berkembang dan berjalan dengan baik, selain itu customer juga merasa senang menggunakan produk digital yang kita buat. Selain itu banyak juga designer UI/UX yang terlalu fokus dengan membuat UI padahal harusnya porsi yang paling banyak yaitu dalam tahapan membuat UX yang berfokus kepada user dan juga perkembangan bisnis.

Lalu bagaimana si caranya aku mengukur kualitas dari hasil desain UI/UX ku? Untuk menjawab pertanyaan tersebut, ada beberapa metric yang bisa kita gunakan untuk mengukur kualitas desain kita.

Menurut aku pribadi dan pengalamanku, ada beberapa metric yang sering aku gunakan dalam melakukan pengukuran kualitas. Apa yang aku jabarkan di sini bisa memberikan penilaian objektif, alih-alih berdebat dalam kerangka subjektif seperti estetika visual. Sekedar catatan, ini bukanlah daftar metric terbaik, tapi gunakan ini sebagai titik awal pengukuran yang tentu saja bisa dikembangkan sesuai kebutuhan Perusahaan Kamu.

Berikut adalah metric yang sering aku gunakan dalam mengukur kualitas design UI dan UX design bagi bisnis:

  1. Learnability, Efficiency, & Memorability (LEM) QnA
  2. Task Success Rate
  3. System Usability Scale (SUS)
  4. Net Promotor Score (NPS)

Learnability, Efficiency, & Memorability (LEM) QnA

Menurut Jacob Nielsen, usability adalah atribut kualitas yang menjelaskan atau mengukur seberapa mudah penggunaan suatu antar muka (interface). Kata “usability” juga merujuk pada suatu metode untuk meningkatkan kemudahan pemakaian selama proses desain. Usability diukur dengan 5 kriteria, yaitu: learnability, efficiency, memorability, errors, dan satisfaction. Namun biasanya aku hanya menggunakan 3 kriteria saja yaitu learnability, efficiency, dan memorability.

Learnability

Menjelaskan tingkat kemudahan pengguna atau user untuk menyelesaikan task-task dasar ketika pertama kali mereka melihat atau berhadapan dengan sistem yang ada.

Efficiency

Menjelaskan seberapa cepat pengguna dapat menyelesaikan tugas-tugas yang ada saat mereka pertama kali mempelajari sistem tersebut.

Memorability

Menjelaskan tentang tingkat kemudahan pengguna atau user dalam menggunakan sistem dengan baik, setelah beberapa lama tidak menggunakannya.

Pengukuran dengan LEM ini selalu aku dan tim lakukan setiap minggu yang nantinya dapat direkap perbulannya. Metodenya menggunakan survey dan penggunaan hotjar recording untuk melihat user menggunakan website atau aplikasi kita.

Jumlah responder yang kita gunakan sebanyak 10 responder tiap minggunya, jika dijumlah selama sebulan berarti ada 40 responder yang kita ambil datanya dari survey yang kita sebarkan. Hasil dari jawab para responder akan direkap ke dalam Google Sheet.

Namun sebelum direkap ke dalam Google Sheet, biasanya aku melihat behavior atau kebiasaan user dalam menggunakan aplikasi atau website di hotjar recording, mengapa harus melihat recording di hotjar? dikarenakan agar membuktikan respons dari pengguna yang mengisi survey.

Berikut adalah contoh hasil dari pengukuran Learnability, Efficiency, & Memorability (LEM) QnA:

Learnability
Efficiency
Memorability
Contoh Hotjar Zett Production https://zettproduction.id/

Task Success Rate

Tingkat Keberhasilan (Task Success Rate) dapat digunakan juga sebagai KPI dari UI/UX Designer dalam segi kuantitatif. Seperti namanya, pengukuran ini biasa digunakan untuk menilai persentase tugas dan pekerjaan yang telah terselesaikan oleh pengguna secara benar.

Tugas yang dilakukan oleh pengguna bervariasi mulai dari mendaftar ke buletin, mengisi formulir, atau membeli produk. Hal ini dapat diukur selama titik ujungnya dapat dilihat atau memiliki tujuan akhir yang jelas. Biasanya hal ini berdasarkan dari tujuan bisnis yang ingin anda capai.

Pengukuran Task Success Rate ini selalu aku dan tim lakukan setiap minggu yang nantinya dapat direkap perbulannya. Metodenya hanya menggunakan hotjar recording untuk melihat user menggunakan website atau aplikasi kita.

Pada pengukuran Task Success Rate biasanya menggunakan responder sebanyak 10 untuk setiap minggunya untuk setiap fitur/halaman yang akan kita ukut kualitasnya. Cara mendapatkan respondernya dengan melihat hotjar recording dan melakukan filter untuk ID user dan Halaman website atau Aplikasi yang akan diukur. Hasil dari jawab para responder akan direkap ke dalam Google Sheet.

Berikut adalah contoh hasil dari pengukuran Task Success Rate:

Task Success Rate

Completion Task mengukur keberhasilan partisipan dalam menyelesaikan task. Setiap task dapat dianggap berhasil secara langsung (direct success, nilai 1) atau gagal (fail, nilai 0), dan ada dalam beberapa kasus, task tersebut selesai, tetapi tidak lancar (indirect success, nilai 0.5).

Errors : kesalahan yang dilakukan pengguna dalam menjalankan sebuah aplikasi. Diukur dengan melihat misclick rate, jumlah kesalahan klik atau tap yang dilakukan pengguna saat menjalankan purwarupa

Contoh pengambilan responder Hotjar

System Usability Scale (SUS)

System Usability Scale pertama kali diciptakan oleh John Brooke pada tahun 1986. Hingga saat ini, SUS telah umum digunakan untuk menguji kebergunaan berbagai teknologi, dari software hingga hardware. Perlu diingat, nilai SUS bukanlah nilai mutlak dari kebergunaan suatu sistem, akan tetapi sebuah nilai yang mengukur kebergunaan yang dirasakan oleh pengguna. Hasil dari SUS dapat digunakan untuk membandingkan tingkat kebergunaan dari desain-desain yang berbeda.

Kuesioner SUS terdiri dari 10 pernyataan dengan 5 pilihan tanggapan. Setelah mendapatkan hasil kuesioner, dilakukan kalkulasi untuk mendapatkan nilai akhir SUS. Nilai yang berupa angka dalam skala 0–100 ini akan merepresentasikan tingkat kebergunaan pada sistem yang diuji. Namun, skala tersebut tidak setara dengan persentase, sehingga (contohnya) nilai 65 pada SUS tidak sama dengan 65%, akan tetapi lebih ke 41%.

Masih bingung? mungkin nanti aku kan membuat pembahasan SUS ini tersendiri.

Pengukuran dengan System Usability Scale ini selalu aku dan tim lakukan setiap minggu yang nantinya dapat direkap perbulannya. Metodenya menggunakan Kuesioner SUS dan hotjar recording untuk melihat user menggunakan website atau aplikasi kita.

Jumlah responder yang kita gunakan sebanyak 10 responder tiap minggunya, jika dijumlah selama sebulan berarti ada 40 responder yang kita ambil datanya dari survey yang kita sebarkan. Hasil dari jawab para responder akan direkap ke dalam Google Sheet.

Namun sebelum direkap ke dalam Google Sheet, biasanya aku melihat behavior atau kebiasaan user dalam menggunakan aplikasi atau website di hotjar recording, mengapa harus melihat recording di hotjar? dikarenakan agar membuktikan respons dari pengguna yang mengisi kuesioner.

Berikut adalah contoh hasil dari pengukuran System Usability Scale:

System Usability Scale
Contoh Hotjar Zett Production https://zettproduction.id/

Note for SUS:

Dipakai di survei online atau setelah sesi usability testing untuk diisi user

Dalam penggunaan aslinya, SUS diberikan setelah uji kegunaan di mana semua sesi pengguna direkam pada kaset video (VHS dan Betamax). Skor SUS yang rendah menunjukkan kepada para peneliti bahwa mereka perlu meninjau rekaman itu dan mengidentifikasi masalah yang dihadapi dengan antarmuka.

SUS dapat digunakan di luar uji kegunaan untuk pembandingan, namun, hasilnya tidak menjelaskan mengapa pengguna merespons seperti itu. Maka dari itu Aku menggunakan Hotjar untuk membuktikan respons dari pengguna yang mengisi kuesioner

Net Promotor Score (NPS)

Net promoter score (NPS) adalah skor yang hasilnya mencerminkan loyalitas konsumen. Skala angka NPS adalah dari -100 hingga 100. Untuk mendapatkan angka NPS, yang harus kamu lakukan adalah menanyakan pertanyaan pada pelanggan.

Pertanyaan yang diajukan adalah “dari skala 0 hingga 10, seberapa besar kemungkinan Anda akan merekomendasi produk atau perusahaan ini pada teman?”.

Nah, data dari pertanyaan ini kemudian diolah dan hasilnya bisa dijadikan bahan pertimbangan untuk memperbaiki atau meningkatkan layanan agar NPS-nya lain kali akan lebih bagus.

Menurut Retently, ada banyak faktor di balik nilai NPS, sehingga meskipun nilainya kecil, ini tak selalu berarti buruk. Tergantung industri sebuah bisnis atau perusahaan, nilai rata-ratanya bisa berbeda-beda.

Pengukuran Net promoter score yang biasa ku lakukan adalah dengan cara menggunakan feedback platform pada website dan juga survei yang aku buat menggunakan Hotjar. Pertanyaan untuk NPS yang biasa digunakan yaitu “Seberapa besar kemungkinan kamu akan merekomendasikan produk/layanan ke teman atau kerabat?” dengan menggunakan skala 0–10

Nah, berdasarkan angka yang diberikan sebagai jawaban, kategorikanlah para pelanggan ke dalam salah satu dari tiga kategori ini:

  • Promoter: Pelanggan yang menjawab dengan nilai 9–10.
  • Passive: Pelanggan yang menjawab dengan nilai 7–8.
  • Detractor: Pelanggan yang menjawab dengan nilai 0–6.

Promoter adalah orang-orang yang akan mempromosikan bisnis atau produk pada orang lain, sementara passive tidak memberikan respon positif maupun negatif.

Detractor adalah golongan pelanggan yang memberikan penilaian negatif untuk bisnismu.

Contoh NPS melalui Survey Hotjar
Contoh NPS melalui Feedback Website

Kesimpulan

Begitulah Cara Aku Mengukur Kualitas UI dan UX Design Bagi Bisnis! Aku berharap dengan adanya tulisanku ini temen-temen bisa memulai untuk mengukur kualitas desain UI dan UXnya dengan menggunakan metriks yang sudah ku sebutkan diatas, semoga bisa jadi lebih bermanfaat ketimbang berdebat soal taste desain, karena ujungnya, apalah gunanya sebuah produk apabila penggunanya tidak bisa melakukan hal yang akan membawa value baginya.

Link Website: My Personal Website

Beli Source Code: Karyakarsa

Download Assets: Download Assets

Download Template CV Figma: CV ATS Versi Lama

--

--